• Breaking News

    agobisnis, kumpulan makalah agrobisnis, agrobisnis sambas, agrobisnis terbaru,

    Tuesday, March 1, 2016

    PENGERTIAN PETERNAKAN

    PENGERTIAN PETERNAKAN

    Hasil gambar untuk PETERNAKANPeternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal (Rasyaf, 1994). Dalam kenyataan di masyarakat umum, banyak yang memelihara ternak tetapi bukan merupakan usaha peternakan. Yang diharapkan dari pemeliharaan ternak yang mereka lakukan adalah sekedar hobi, atau mengharapkan telur itik tetapi sesungguhnya biaya pemeliharaannya lebih tinggi karena produksi telurnya di bawah standar. Akan tetapi mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut karena sesungguhnya mereka tidak mencari keuntungan materi dalam memelihara hewan ternak. Pemeliharaan ternak tersebut tidak tergolong dalam kegiatan peternakan.
    Hasil gambar untuk PETERNAKANKegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci (Sayuti, 1996), itik, burung puyuh, babi dan kambing dan lain-lain.
    Sejarah Peternakan
    Peternakan di dunia sudah dimulai sejarahnya dalam waktu yang sudah sangat lama hamper sama dengan sejarah peradaban manusia. Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing yang semula hanya diambil hasil dagingnya, mulai dimanfaatkan juga hasil susu dan hasil bulunya (wol). Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan lain-lain (Situs Infoternak, 2012).
    Ilmu pengetahuan tentang peternakan, diajarkan di banyak universitas dan perguruan tinggi di seluruh dunia. Para siswa belajar disiplin ilmu seperti ilmu gizi, genetika dan budidaya, atau ilmu reproduksi. Lulusan dari perguruan tinggi ini kemudian aktif sebagai dokter hewan, farmasi ternak, pengadaan ternak dan industri makanan. Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem peternakan yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan sehingga peternakan industri dan peternakan rakyat dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengatasi kemiskinan (Situs Infoternak, 2012).

    Tujuan
    Suatu usaha agribisnis seperti peternakan harus mempunyai tujuan, yang berguna sebagai evaluasi kegiatan yang dilakukan selama beternak salah atau benar. Contoh tujuan peternakan yaitu tujuan komersial sebagai cara memperoleh keuntungan. Bila tujuan ini yang ditetapkan maka segala prinsip ekonomi perusahaan, ekonomi mikro dan makro, konsep akuntansi dan manajemen harus diterapkan. Namun apabila peternakan dibuka untuk tujuan pemanfaatan sumber daya, misalnya tanah atau untuk mengisi waktu luang maka hal tersebut harus pula mempertimbangkan modalnya harus kembali. Tujuan utama memang bukan merupakan aspek komersial, namun harus tetap mengharapkan modal yang ditanamkan dapat kembali (Rasyaf, 1992).
    Manfaat dan Hasil Beternak
    Selain tujuan utama dari beternak hewan yang umumnya komersial (profit), maka ada pula manfaat lain (benefit) yang bisa diperoleh.
    Manfaat yang dapat diambil dari usaha beternak kambing selain diambil hasil dagingnya, kambing dapat diambil hasil kulitnya, kotorannya dapat dimaanfaatkan untuk pupuk dan hasil tulangnya juga dimanfaatkan. Bahkan jenis-jenis kambing tertentu dapat diambil hasil susunya, hasil bulunya untuk bahan kain wol (Sumaspratowo, 1980).
    Manfaat yang dapat diambil dari usaha beternak lebah Apis mellifera yang bibit awalnya didatangkan dari Australia adalah jasanya untuk polinasi (penyerbukan) tanaman, banyak pemilik perkebunan di luar Indonesia yang menyewa koloni lebah dari peternak untuk melakukan penyerbukan tanaman di perkebunannya. Perkebunan yang sering menyewa koloni lebah adalah perkebunan apel (Suranto, 2004).
    Manajemen Pemeliharaan Ternak
    Pemeliharaan ternak perlu dikelola dengan cara yang baik agar mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan pula. Manajemen pemeliharaan ternak akan berhasil jika terkelola dengan baik dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip manajemen, mulai perencanaan yang matang, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang tepat. Apalagi peternakan termasuk usaha yang tergolong rawan terhadap kegagalan. Banyak hal-hal kritis yang harus diperhatikan, terutama persoalan pakan dan sanitasi.
    Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan berpengaruh baik terhadap yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembangbiak dengan baik, jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah anak yang lahir dan hidup sampai disapih meningkat. Singkatnya, pakan dapat menentukan kualitas ternak (Rukmana, 2005). Selain itu berdasarkan penelitian, hasil dari kualitas pupuk dari ternak potong dengan ternak perah berbeda. Ternak yang diberi makanan bermutu (seperti ternak perah) akan menghasilkan pupuk yang berkualitas baik, sebaliknya ternak yang makanannya kurang baik juga akan menghasilkan pupuk yang kualitasnya rendah (AAK, 1983).

    Pelayanan Kesehatan Hewan dalam Hukum
    Undang-Undang Pokok Kesehatan Hewan adalah Undang-Undang Peternakan Dan Kesehatan Hewan no.6/1997 (Departemen Penerangan RI, 1967) dan PP no.15/1978 Tentang Produksi dan Distribusi Obat Hewan serta berbagai instruksi Menteri Pertanian dan Dirjen Peternakan tentang pelayanan kesehatan hewan (Sitopoe, 2008). Undang-undang karantina dan PP tentang perkarantinaan juga dimasukkan ke dalam usaha pelayanan kesehatan hewan. Aturan tersebut untuk mengelola peredaran hewan ternak supaya aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat serta mencegah meluasnya suatu penyakit atau wabahnya dari satu daerah ke daerah lainnya.
    Cara Beternak Khas di daerah Indonesia
    Setiap daerah memiliki budaya ternak sendiri, budaya Timor Tengah Selatan, dalam hal pemeliharaan ternak, umumnya penduduk yang diteliti masih memiliki kecendrungan untuk melepas saja hewan-hewan ternak peliharaan mereka di padang rumput pada siang hari (Pemda Timor Tengah Selatan, 1993). Begitu pula di Maluku, bidang peternakan belum menjadi sebuah bidang yang ditekuni oleh masyarakat. Yang ada hanyalah peternakan-peternakan biasa tanpa adanya suatu sistem tertentu. Pada umumnya jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara, diantaranya adalah: kambing, ayam dan itik. Hewan-hewan ini dibiarkan bebas berkeliaran tanpa kandang (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978). Di Lampung, hewan-hewan ternak dibiarkan bebas berkeliaran, dan setelah beberapa tahun kemudian, mereka ditangkap dan dimasukkan ke dalam kandang, dihitung jumlahnya dan diberi tanda milik pada tubuhnya (Anonim, 1977).
    Menurut observasi penulis, untuk di Kalimantan Barat peternakan ayam broiler (pedaging) maupun ayam petelur dalam jumlah besar dipelihara secara intensif, sedangkan untuk ayam kampung sangat jarang sekali yang dipelihara dengan intensif. Secara jumlah akumulasi ternak, ayam kampung lebih banyak dipelihara oleh penduduk dalam jumlah terbatas dengan penyebaran merata di seluruh daerah, bahkan di setiap Rukun Tetangga (RT), akan tetapi untuk ayam pedaging/broiler terjadi sebaliknya yaitu dipelihara oleh sedikit orang tetapi dalam populasi ternak yang banyak dan tersebar di berbagai daerah, serta tidak merata di setiap desa apalagi di setiap RT.

    KLASIFIKASI PETERNAKAN

    Jenis-jenis ternak
    Secara garis besar, ternak bisa dikelompokkan menjadi ternak ruminansia dan non-ruminansia. Kelompok ruminansia adalah sapi, kerbau, sapi perah, domba, kambing, babi.
    Kelompok non-ruminansia antara lain: kelinci, ayam, itik, mentok, puyuh, ulat sutera, belut, katak hijau, dan ternak lebah madu (CSIS, 1985). Masing-masing hewan ternak
    tersebut dapat diambil manfaat dan hasilnya. Hewan-hewan ternak ini dapat dijadikan
    pilihan untuk diternakkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
    Klasifikasi ternak sapi berdasarkan jenis kelamin: 1) Bull (Pejantan), 2) Steer (dikebiri
    sebelum dewasa kelamin), 3) Stag (dikebiri setelah dewasa kelamin), 4) Cow (Sapi
    betina sudah beranak), dan 5) Heifer (Sapi dara). Klasifikasi ternak sapi berdasarkan
    umur: 1)Vealer (Pedet umur ± 3 bulan), 2) Calves (Pedet umur 3 – 12 bulan), 3)
    Yearling (Sapi umur 12 – 24 bulan), 4) Two Year Old (Sapi Dewasa umur 24 – 36 bulan),
    dan 5) Older (Sapi umur > 36 bulan) (Adi Firman, 2012).
    Klasifikasi ternak menurut Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat, juga Kabupaten
    Sambas agak berbeda. Pembagian ternaknya dibagi dalam tiga kategori, yaitu ternak
    besar, ternak kecil, dan unggas. 
    1.2.1. Sejarah Perkembangan Itik
    Itik, yang di masyarakat lebih dikenal dengan nama bebek (bahasa Jawa) ini nenek moyangnya merupakan itik liar (Anas mocha) yang berasal dari Amerika Utara. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, itik liar terus dijinakkan oleh manusia hingga terbentuklah beragam jenis itik seperti yang banyak dipelihara saat ini dan selanjutnya lebih dikenal sebagai itik ternak (Anas domesticus) dan itik manila/entok (Anas muscovy).
    Bila dibandingkan dengan unggas lain, penyebaran itik tergolong sangat luas karena itik dapat hidup normal di daerah subtropis maupun daerah tropis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila itik liar bisa berimigrasi sampai ke Afrika Utara dan Asia seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Di Indonesia, itik pertama kali dikenalkan oleh orang-orang India pada abad VII, terutama di wilayah Pulau Jawa. Orang-orang India tersebut merupakan ahli bangunan yang sengaja didatangkan oleh Raja Syailendra untuk membangun candi-candi Hindu dan Budha di Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa motivasi ritual keagamaan yang mendorong mereka mengembangkan itik di Indonesia. Bukti ini masih dapat dilihat dalam berbagai upacara keagamaan yang ada di Bali, yakni itik dijadikan sebagai salah satu pelengkap sesaji.

    Dalam pustaka sejarah, tercatat bahwa penyebaran ternak itik sangat pesat, terutama pada jaman keemasan Majapahit yang kemudian menjadi awal permulaan penyebaran dan pengembangan ternak itik di wilayah lain Indonesia seperti Kalimantan Selatan, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Selain Bangsa India, pemerintah kolonial Belanda juga tercatat memiliki andil dalam penyebaran itik di Indonesia, yakni melalui kuli-kuli kontrak yang mereka mukimkan di Sumatera pada tahun 1920, khususnya di daerah Deli dan Lampung. Saat ini, ternak itik banyak terpusat di beberapa daerah seperti Sumatera (NAD, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan), Pulau Jawa (Cirebon-Jabar, Brebes, Tegal-Jateng, dan Mojosari-Jatim), Kalimantan (Alabio HSU-Kal-Sel), Sulawesi Selatan, serta Bali.


    Klasifikasi

    Berdasarkan klasifikasi ilmiahnya (scientific classification), itik dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
    Kingdom : Animalia
    Filum : Chordata
    Kelas : Aves
    Ordo : Anserivormes
    Family : Anatidae
    Subfamili : Dendrocygninae
    Oxyurinae
    Anatidae
    Aythynae
    Merginae
    Sementara berdasarkan tipenya, pengklasifikasian itik dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu itik petelur seperti Indian runner, khaki champbell, buff (buff orpington), dan CV 2000-INA; itik pedaging seperti peking, rouen, aylesbury, muscovy, cayuga; serta itik ornamental (itik hias) seperti east India, call (Grey Call), mandariun, blue Swedish, crested, dan wood.


    Anatomi Itik

    Hasil gambar untuk ITIKDalam melakukan usaha ternak itik, peternak harus memahami anatomi itik karena tubuh itik merupakan mesin produksi daging dan telur. Dengan demikian, peternak dapat memaksimalkan manfaat faktor-faktor produksi dan dapat mengatasi permasalahn itik, khususnya seputar permasalahan kesehatan dan produktifitas. Pengetahuan mengenai anatomi itik juga memudahkan peternak dalam mengambil tindakan dan menentukan strategi dalam proses produksi. Berikut uraian mengenai anatomi itik.

    a. Bulu
    Bulu mempunyai peranan penting dalam hidup itik dan unggas lainnya. Hampir seluruh permukaan tubuh itik ditumbuhi bulu, kecuali pada paruh dan kaki. Fungsi bulu pada itik adalah menjaga kestabilan suhu tubuh dari pengaruh suhu luar yang berubah-ubah, menjaga itik dari terpaan air, baik air hujan maupun air kolam tempat itik mandi, serta berfungsi sebagai alat untuk terbang (bergerak atau migrasi). Bulu itik juga menjadi pertanda bagi masa produksi telur berakhir saat rontok bulu. Masa tumbuh bulu lagi menjadi pertanda akan dimulainya fase bertelur berikutnya. Selain itu, bentuk bulu juga akan menunjukkan jenis kelaminnya, terutama pada ujung ekor itik apakah ia jantan atau betina.
    Warna bulu itik bervariasi, tergantung dari jenis dan kemurniannya. Warna bulu dapat dijadikan sebagai penanda tingkat produktifitas telur dan asal-asul tetuanya, misalnya alis putih di atas mata pertanda bahwa tetuanya memiliki darah keturunan itik labio atau adanya lingkaran putih pada leher menyerupai kalung pertanda bahwa tetuanya merupakan itik magelang.
    b. Rangka tubuh
    Itik memiliki rangka tubuh yang kompak untuk melindungi fungsi organ tubuh dan ditopang oleh otot daging yang kuat sehingga mampu melakukan berbagai aktivitas produksi, berjalan, berenang, dan terbang.
    c. Alat pernapasan
    Alat pernapasan itik terdiri dari alat pernapasan atas berupa lubang hidung dan saluran tenggorokan serta pernapasan dalam berupa paru-paru. Adapun fungsi alat pernapasan sebagai tempat pertukaran udara sehingga bisa memasukan oksigen yang dibutuhkan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari jaringan tubuh.
    d. Alat pencernaan
    Alat pencernaan itik terdiri dari paruh, kerongkongan, (oesophagus), tembolok, lambung kelenjar, lambung otot (rempela), usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka.
    Adapun fungsi organ-organ tersebut adalah sebagai berikut.

    1. Paruh
    Paruh digunakan untuk mematuk dan memasukkan makanan ke dalam mulut untuk selanjutnya didorong oleh lidah menuju kerongkongan. Bila diperhatikan ketika minum, itik akan mengangkat kepalanya. Hal ini bertujuan agar air mudah tertelan dan tidak keluar lagi ke lubang hidung. Di dalam mulut, terdapat kelenjar ludah yang digunakan untuk membantu saat menelan.

    2. Kerongkongan
    Kerongkongan atau oesophagus merupakan berfungsi sebagai saluran yang mengantarkan pakan menuju tembolok. Kerongkongan dapat berkembang menjadi besar untuk mempermudah pakan sampai ke tembolok.

    3. Tembolok
    Tembolok disebut sebagai terminal sementara dari pakan sebelum masuk ke tubuh itik. Di dalam tembolok, pakan akan dilunakkan dengan kelenjar ludah agar lebih mudah deteruskan ke lambung.

    4. Lambung kelenjar
    Organ ini merupakan lambung yang mengeluarkan enzim pencernaan berupa pepsin dan asam khlor yang berperan melumasi pakan untuk kemudian dihancurkan di lambung otot.

    5. Lambung otot
    Lambung otot berfungsi sebagai panggiling pakan dan membuat pakan menjadi berbentuk bubur. Untuk meningkatkan kerja lambung, sebaiknya diberikan grit dalam pakan berupa butiran kapur atau kulit kerang. Dari lambung otot, pakan akan disalurkan ke usus halus.

    6. Usus 12 jari dan usus halus
    Setelah keluar dari lambung otot, bubur pakan akan masuk ke dalam usus 12 jari dan akan bercampur dengan enzim dari pankreas dan hati. Selanjutnya, akan masuk ke dalam usus halus untuk diserap unsur gizinya.

    7. Usus besar
    Usus besar berfungsi sebagai tempat penampungan dari sisa-sisa pakan yang tidak terserap.

    8. Kloaka
    Organ ini merupakan saluran muara dari usus besar, saluran kencing, dan saluran telur.
    e. Saluran kencing
    Itik memiliki dua ginjal yang menghasilkan air kencing, letaknya dekat dengan organ paru-paru dan dengan saluran tunggal yang menghubungkan ginjal ke kloaka.

    f. Peredaran darah
    Fungsi dari peredaran darah adalah mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh yang membawa unsur nutrisi dan oksigen serta kembali ke jantung dengan membawa karbondioksida.
    g. System saraf
    Saraf merupakan organ yang mengatur seluruh sistem organ tubuh untuk aktivitas hidup itik, yakni mulai dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, hingga indra perasa.
    Pada sistem saraf itik terdapat simpul saraf penerima sinar di kepala yang dapat merangsang pelepasan kuning telur dari oviduct.
    h. Sistem reproduksi
    Dalam berkembang biak, setiap makhluk hidup memiliki cara yang berbeda-beda. Pada unggas, proses perkembang-biakannya dengan bertelur, tetapi proses tersebut tidak selalu harus dikaitkan dengan terbentuknya individu baru karena tanpa pejantan, itik betina masih tetap akan mengalami proses pembentukan telur. Telur yang tidak dibuahi kemudian lebih dikenal sebagai telur konsumsi.
    Gambar1.1. Sistem reproduksi unggas
    Sumber: www.staff.undip.ac.id

    Jenis-Jenis Itik di Indonesia

    Di Indonesia terdapat bermacam-macam jenis itik lokal dengan karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Sebagai contoh itik tegal, itik mojosari, itik bali, itik alabio, itik cirebon, itik pegagan, itik kerinci, dan jenis lainnya. Secara umum, itik-itik lokal dikenal sebagai itik asli Indonesia. Dalam istilah asing itik lokal dikenal dengan nama Indian runner atau pada jaman penjajahan Belanda dinamakan indiche-loopend.
    Jenis-jenis itik Indonesia umumnya dikelompokkan berdasarkan pendekatan produksi dari keunggulan yang dimiliki masing-masing jenis itik, yaitu itik petelur dan itik pedaging.

    Itik petelur

    Hasil gambar untuk TELUR ITIKSesuai dengan namanya, itik petelur memiliki keunggulan dalam hasil telurnya sehingga tujuan utamanya adalah menghasilkan telur. Berikut beberapa jenis itik yang kerap dijadikan sebagai itik petelur.






    a. Itik alabio

    Itik alabio merupakan hasil persilangan itik asli Kalimantan dengan itik peking. Nama alabio sendiri diberikan oleh drh. Saleh Puspo, seorang ilmuwan yang melakukan pendalaman terhadap itik ini pada tahun 1952, sedangkan nama alabio diambil dari nama sebuah kota kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang terkenal sebagai tempat pemasaran itik. Ciri-ciri itik alabio antara lain sebagai berikut.
    - Tubuh berukuran lebih besar daripada itik petelur lain.
    - Sikap berdirinya tidak terlalu tegak, yakni membuat sudut ±60° dengan dasar tanah.
    - Bobot badan itik betina dewasa 1,6-1,8 kg dan itik jantan dewasa 1,8-2,0 kg.
    - Warna bulu pada betina kuning keabu-abuan dengan bulu sayap, ekor, dada, leher, dan kepala sedikit kehitaman. Sedangkan untuk itik jantan warna bulu cenderung lebih gelap dan pada sayap terdapat beberapa helai bulu suri berwarna hijau kebiru-biruan.
    - Mempunyai garis putih di atas mata yang menyerupai alis.
    - Paruh dan kaki berwarna kuning, baik pada jantan maupun betina.
    - Produksi telur rata-rata 249 butir pertahun.
    Gambar 1.2 Itik alabio betina (kiri) dan jantan (kanan)
    Sumber: www.hifnymamar.blogspot.com

    b. Itik bali

    Seperti namanya, itik bali memang berasal dari Bali, terutama banyak dikembangkan di daerah Bali, Lombok,dan Nusa Tenggara Barat. Itik bali hampir sama dengan itik yang ada di Jawa seperti itik tegal, tetapi lehernya lebih pendek dan bagian belakang tubuhnya sempit. Ciri khas dari itik bali adalah hampir semuanya memilki jambul di kepala. Warna bulunya bermacam-macam sesuai sebutannya, antara lain itik cemani yang memiliki bulu berwarna hitam polos, itik sumbian berwarna cokelat seperti jerami padi, itik selam gulai berwarna hitam seperti gula aren, serta itik gelang kalung yang pada lehernya terdapat warna putih atau hitam melingkar seperti kalung. Produksi telur itik bali tidak setinggi itik-itik di daerah Jawa dan jumlahnya berbeda-beda tergantung dari warna bulunya. Sebagai contoh, itik bali berbulu suni menghasilkan telur sebanyak 220 butir per tahun, itik berbulu sumbian menghasilkan 190 buitr per tahun, atau itik bali berbulu sikep yang hanya menghasilkan 150 g/butir. Ukuran ini lebih kecil di bawah ukuran telur itik Cirebon yang berbobot 70 g.

    c. Itik mojosari

    Itik mojosari banyak ditemukan di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sedangkan, penyebarannya mencakup daerah Jawa Timur dan Jwa Barat. Itik mojosari mempunyai cirri-ciri spesifik sebagai berikut.
    - Bulu pada betinanya berwarna cokelat tua kemerahan dengan beberapa variasi yang tampak di seluruh permukaan tubuh, sedangkan pada jantan bulu pada bafian kepala, leher, dan dada berwarna cokelat gelap mendekati hitam, bagian perut agak keputih-putihan, serta pada bagian punggung cokelat tua. Bulu di bagian ekornya melengkung ke atas dan pada bagian sayap terdapat beberapa bulu suri yang berwarna hitam mengilap.
    - Paruh dan kaki itik mojosari betina berwarna hitam, sedangkan pada itik jantan paruh dan kaki tampak lebih hitam dari betina.
    - Selain itu, ada juga itik mojosari (betina dan jantan) yang berwarna putih polos dengan warna paruh dan kaki kuning. Itik seperti ini sering disebut itik mojosari putih. Namun, saat ini populasinya sudah sangat jarang. Bobot telur itik mojosari cokelat rata-rata 69 g dan itik mojosari putih 65,2 g. Produksi telur itik mojosari cokelat 238 butir per tahun dan itik mojosari putih 219 butir per tahun.

    d. Itik tegal

    Dinamakan itik tegal karena banyak dijumpai di sekitar Kabupaten Tegal dan Desa Limbangan Utama, Kecamatan Brebes, Jawa Tengah. Itik jenis ini termasuk memiliki daya tahan tubuh yang tinggi sehingga mampu berjalan cukup jauh.
    Ciri-ciri spesifik dari itik tegal antara lain sebagai berikut.
    - Bulu pada itik tegal cukup bervariasi, tetapi umunya didominasi kecokelat-cokelatan. Bulu jenis branjangan berwarna totol-totol cokelat; jenis lemahan berwarna cokelat muda; jenis blorong berwarna cokelat hitam; jenis putihan berwarna putih bersih; serta jenis jarakan dengan variasi warna abu-abu di leher, abu-abu dengan tutul hitam di dada, punggung, sayap bagian luar dan paha. Warna penuh dan kaki hitam dengan kaki pendek tegak lurus yang terpisah jelas atau sama lain.
    - Bentuk badan yang merupakan representasi dari Indian runner dengan posisi berdiri hampir tegak lurus, tubuh langsing seperti botol, dan langkah tegap.
    - Produksi telur mencapai 200-230 butir per tahun.
    - Bobot telur rata-rata 70,8 ± 4,7 g per butir.
    - Umur pertama bertelur 162,2 ± 14,9 hari dengan bobot badan saat pertama bertelur 1464,6 ± 137 g.
    - Dari pengalaman peternak, jenis itik tegal branjangan lebih tinggi produksinya dibandingkan jenis lainnya, terutama beranjangan putih yang mampu mencapai 250 butir per ekor per tahun.

    e. Itik magelang

    Itik magelang banyak terdapat di Desa Sempu, Ngadirejo, Kecamatan Secang, magelang, Jawa Tengah. Itik magelang sudah menyebar ke wilayah Kabupaten Magelang dan sekitarnya, yakni di Ambarawa Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung.

    Ciri spesifik itik magelang antara lain sebagai berikut.
    - Warna bulu dada, punggung, dan paha didominasi oleh cokelat tua dan muda dengan ujung sayap berwarna putih. Pada jantan terdapat beberapa helai bulu ekor yang mencuat ke atas.
    - Pada jantan maupun betina terdapat warna bulu putih yang melingkar pada leher setebal 1-2 cm berbentuk menyerupai kalung.
    - Warna kaki hitam kecokelatan, sedangkan paruhnya, berwarna hitam.
    - Produksi telurnya mencapai 170 butir per tahun dengan bobot telur 69,5 g.

    f. Itik turi

    Itik turi merupakan itik local yang banyak berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Populasi itik turi menyebar di Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul. Ukuran tubuh itik turi lebih relative lebih kecil dibandingkan itik tegal maupun itik mojosari, dan memiliki warna bulu bervariasi, warna bulu itik dibedakan sebagai basokan, branajngan, hitam putih, dan kalung.
    Produksi telur itik turi mencapai 180-200 butir per tahun. Salah satu kelebihan itik turi adalah badannya kecil sehingga kebutuhan pakannya untuk menghasilkan telur tidak sebanyak itik lokal lainnya. Namun, kekurangannya telurnya juga kecil, yakni hanya seberat 55-65 garam per butir.

    g. Itik khaki campbell

    Itik ini merupakan hasil silangan itik jawa dengan itik rouen dari Prancis. Nama itik ini diambil dari warna bulunya (warna khaki) dan nama penemu itik ini (Adale Campbell). Itik khaki Campbell menjadi itik petelur unggul dengan kemampuan bertelur mencapai 330 butir per ekor per tahun dan mempunyai daya tahan hidup tinggi.
    Dibanding dengan itik jawa, produksi telur itik khaki Campbell di Eropa lebih tinggi, tetapi telurnya lebih kecil dari pada telur itik jawa dan warna kerabang telurnya selalu putih. Dua hal inilah yang menyebabkan itik blasteran ini digemari masyarakat Eropa, berbeda dengan masyarakat Indonesia yang lebih menggemari telur itik berkerabang hijau kebiru-biruan. Oleh karena itulah, itik khaki Campbell kurang berkembang di Indonesia. Di Indonesia, produksi telurnya meskipun tidak setinggi Eropa, tetapi masih setara dengan produksi itik unggul lokal, 300 butir per ekor per tahun dengan berat rata-rata 60 g per butir.


    h. Itik CV 2000-INA

    Itik yang berasal dari CherryValleyFarm di Inggris ini dimulai diadaptasikan dengan iklim Indonesia pada bulan November 1993 oleh sebuah usaha peternakan di Bogor dan baru dikomersilkan pada tahun 1995 dengan merek dagang CV 2000-INA.
    Di Inggris, itik CV 2000-NA telah menjalani penelitian dan pengembangan rekayasa genetika selama ± 25 tahun. Hasilnya diperolah adalah itik dengan kemampuan produksi rata-rata 285 butir per ekor per tahun. Angka ini melebihi produktifitas ayam ras petelur putih (227 butir) dan ayam ras petelur cokelat (269 butir).
    Karakteristik lain dari itik CV 2000 ini adalah sebagai berikut.
    - Mulai bertelur pada umur 21 minggu dengan produksi sekitar 10%
    - Punak produksi pada umur 26-32 minggu dan mampu mencapai 90%
    - Umur 52 minggu produksi masih bertahahn pada 75% dan umur 72 minggu masih bertahan sekitar 65%
    - Berat telur 80 g per butir, lebih berat dari tiik lokal dengan kandungan gizi lumayan tinggi, yaitu protein 13,5%; lemak 13,4%; abu 1%; dan bahan kering 30,3%.
    - Warna kerabang telur hijau kebiru-biruan, mirip telur lokal sehingga sesuai dengan pasar Indonesia.
    Itik yang memiliki mutu genetik baik ini harus dipelihara dalam lingkungan yang baik pula, termasuk pakannya. Namun, yang perlu diperhatikan adalah itik CV 2000-NA ini tidak bisa dilepas atau digembalakannya layaknya itik local karena merupakan itik ras. Hal ini sepertinya yang mendasari itik CV 2000-NA kurang berkembang di Indonesia.

    i. Itik corebon atau itik kerawang

    Sesuai dengan namanya, itik ini banyak berkembang di daerah Cirebon dan Kerawang, Jawa Barat. Keunggulan dari itik Cirebon antara lain memiliki daya tahan terhadap penyakit, produksi telur mencapai 180 butir per tahun, dan ukuran telur yang cukup besar, yakni sekitar 70 g per butir (telur super). Menurut sebagian orang, itik cirebon merupakan hasil persilangan antar itik tegal dengan itik magelang.







    j. Itik hibrida

    Itik hibrida merupakan produk unggulan terbaru hasil kerja sama Balitnak Ciawi-Bogor dengan Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Pelaihari, Kalimantan Selatan. Sebenarnya, penelitian untuk menghasilkan itik produktif ini telah dimulai sejak puluhan tahun silam. Pada tahun 1996, telah ditemukan hasil persilangan dari dua itik local yang keturunannya lebih baik dari tetuanya. Setahun kemudian, hasil penelitian tersebut dikembangkan oleh Balitnak Ciawi-Bogor dengan Dinas Peternakan Serang, Banten. Namun, karena hasilnya kurang memuaskan itik hasil persilangan tersebut tidak berkembang sesuai harapan. Pada tahun 2000, diadakn kembali kerja sama dengan peternak di Ponggok, Blitar yang bernama H. Mahmudi dengan tujuan mengembangkan itik hasil persilangan tersebut, tetapi tetap saja hasilnya tidak memuaskan. Baru kemudian pada tahun 2002, melalui kerja sama Balitnak Ciawi-Bogor dan BPTU Pelaihari, hasil persilangan ini kemudian dikembangkan kembali dengan hasil sangat memuaskan. Produk teersebut selanjutnya diberi nama itik hibrida raja untuk pejantan dan itik hibrida atau untuk betina. Itik hibrida yang ditujukan sebagai itik petelur adalah itik hibrida ratu unggul, sedangkan itik hibrida raja unggul lebih ditujukan sebagai pedaging.
    Selain itu, telah dilakukan pengembangan pembibitan itik hibrida di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tujuannya tak lain untukmempercepat perkembangan itik hibrida dan untuk melayani permintaan DOD hibrida yang tinggi Ciawi, Bogor telah melakukan kerja sama pembibitan itik hibrida dengan kelompok pembibit itik yakni di daerah Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan; Mojowarna, Kabupaten Jombang, Jawa Timur; Temanggung, Jawa Tengah; serta Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
    Karakteristik itik hibrida, khususnya itik hibrida ratu antara lain sebagai berikut.
    - DOD dapat dibedakan dari jantannya, yakni berwarna cokelat, sedangkan jantan berwarna hitam.
    - Warna bulunya cokelat kemerahan hampir meliputi seluruh tubuhnya dengan bintik-bintik cokelat pada bagian dada dan perut.
    - Bentuk tubuhnya agak berdiri tegak menyerupai botol.
    - Pada mata terdapat garis putih menyerupai alis.
    - Warna paruh dan kaki hitam.
    - Produksi telur mampu mencapai 250-270 butir per ekor per tahun.
    - Rata-rata produksi 71,5% dengan puncak produksi 93,7%.
    - Umur awal bertelur 22 minggu.
    - Ukuran telur sekitar 65-75 g per butir.
    - Keunggulan lain dari itik hibrida ratu adalah memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia sehingga lebih tahan stress dan tahan terhadap penyakit.


    k. Itik cihateup

    Itik cihateup merupakan itik lokal yang banyak berkembang di daerah Cihateup Desa Rajamandala, Kecamatan Raja Polah, Kabupaten Tasik Malaya, Jawa Barat. Itik ini dapat berkembang baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Saat ini, populasi itik cihateup sangat kritis sehingga perlu ada upaya untuk tetap melestarikannya. Salah satu uapaya dapat dilakukan adalah dengan membuat penangkaran bibit itik cihateup.
    Ciri-ciri dari itik cihateup antara lain sebagai berikut.
    - Warna bulu merah bata dengan ujung sayap berwarna putih bercorak batik sehingga dinamakan beureum selap atau batik sisi.
    - Warna paruh dan kulit kaki hitam kelam, baik pada betina maupun jantan.
    - Bentuk kepala lonjong, kelopak mata tipis, leher panjang, dan ekor tajam (seperti ekor burung pipit)
    - Bersifat jinak.
    - Produksi telur itik jenis ini termasuk tinggi, yakni dapat mencapai 200-230 butirper ekor per tahun dengan rata-rata produksi sekitar 70%.

    l. Itik damiaking

    Itik damiaking merupakan itik local yang banyak berkembang di daerah Kabupaten Serang, Banten. Itik damiaking memiliki karakter warna bulu yang seragam, terutama pada bagian leher, dada, dan punggung. Sayap luarnya berwana cokelat kekuning-kuningan. Menurut peternak di Serang, nama itik damiaking diambil dari bahasa Sunda
    (dami = jerami dan aking = kering). Nama tersebut menunjukkan warna itik damiaking, yakni seperti jerami kering. Sementara itu, paruhnya berwarna hitam dan kaki berwarna kuning.
    m. Itik kerinci
    Itik kerinci merupakan itik lokal kabupaten Kerinci, Jambi. Populasi yang terbanyak terdapat di Kecamatan Air Hangat dan Kecamatan Hamparan Rawang. Itik ini berkembang cukup baik di habitat aslinya, yakni di daerah dataran tinggi antara 600-1.500 m di atas permukaan laut. Ciri-ciri itik bangsa kerinci yang khas adalah itik dataran tinggi dengan warna dasar putih kecokelatan dan bersifat jinak.
    Itik kerinci memiliki warna dasar putih dan totol cokelat terang di daerah dada hingga ujung ekor dengan sayap berwarna gelap. Kaki dan paruh itik kerinci cenderung berwarna gelap atau hitam. Pada itik jantan, selain memiliki warna dasar putih juga didominasi oleh warna cokelat, terutama pada bagian leher, dada, dan punggung. Pada bagian ujung ekor itik kerinci jantan terdapat warna campuran cokelat dan biru kehitaman atau gelap.
    Produksi telut itik ini termasuk tinggi, yakni rata-rata 180 butir per ekor per tahun dengan masa produksi 10 bulan. Warna kerabang telurnya putih kebiru-biruan (biru pudar). Ukuran telurnya lebih kecil dibandingkan telur itik lokal lainnya, yaitu sekitar 55-60 per butir.
    n. Itik pegagan
    Itik pegagan merupakan itik lokal yang banyak berkemabng di daerah suku Pegagan, Kecamatan Inderalaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Itik tersebut oleh penduduk setempat disebut “bebek kito”.
    Itik pegagan mempunyai spesifikasi yang khas dibandingkan dangan itik lokal lainnya, yakni sebagai berikut.
    - Bentuk tubuh bulat dan datar dengan sikap tubuh pada saat berdiri kurang lebih condong 45°.
    - Warna bulu pada betina adalah jarak kehitaman dan jarak kelabu.
    - Ciri khas itik pegagan betina terletak pada sayapnya yang terdapat bulu berwarna biru mengkilap kehitaman (biasa disebut bulu kaca) dan pada sekitar mata terdapat alis mata berwarna keabuan. Sedangkan pada jantan warna bulunya putih keabu-abuan dan pada bagian kepala, leher, sayap, serta ekor berwarna biru mengkilap kehitaman. Pada lehernya terdapat warna bulu putih keabu-abuan yang melingkar seperti kalung.
    - Bobot badan betina dewasa bisa mencapai 2,1 kg.
    - Bentuk kaki kekar, bulat, dan besar dengan warna kaki mengikuti warna paruh, yaitu berwarna hitam.

     Itik pedaging

    Saat ini, permintaan itik pedaging cukup signifikan sehingga sangat berpotensi untuk diusahakan. Jenis-jenis itik pedaging yang terdapat di Indonesia antara lain sebagai berikut.







    a. Itik manila (entok)

    Itik manila atau entok yang sekarang ini dikenal masyarakat merupakan itik yang berasal dari Amerika Selatan, tetapi sudah lama dipelihara di Indonesia sehingga sudah beradaptasi dengan lingkungandan iklim yang ada di Indonesia. Itik jenis ini cocok dijadikan sebagai itik potong karena memiliki ukuran tubuh yang besar dengan berat sekitar 3-3,5 kg. itik ini tidak hanya besar, tetapi juga memiliki daya mengeram yang baik. Belakangan, entok dikawinkan dengan itik Taiwan yang sejenis dengan entok. Perkawinan tersebut menghasilkan keturunan itik penghasil daging yang kualitasnya baik dengan bobot badan 2,5-3 kg per ekor pada umur 10 minggu. Itik tersebut kemudian dikenal dengan nama mule duck.

    b. Itik serati/beranti (tiktok)

    Itik serati atau lebih popular disebut tiktok merupakan hasil persilangan antara itik dengan entok. Bila itik jantan disilangkan dengan entok betina, turunannya yang jantan bertubuh besar mirip entok, sementara yang betina bertubuh kecil seperti itik. Namun, bila entok jantan disilangkan dengan itik betina, turunannya, baik jantan maupun betina, akan bertubuh besar. Hasil persilangan entok dengan itik alabio akan menghasilkan anakan yang besarnya bisa mencapai 2,5-3 kg pada umur 12 minggu.

    c. Itik peking

    Itik peking tergolong jenis itik yang tubuhnya paling berat, bisa mencapai 4,5-5 kg per ekor pada umur 10 minggu. Tekstur daging lembut dan berwarna kekuningan. Pertumbuhan itik peking tergolong sangat cepat karena dalam usia 50 hari sudah mencapai bobot rata-rata 3,25 kg. Hal ini wajar karena itik peking memang dikenal rakus. Oleh karena itu, biaya pakan seekor itik peking selama 50 hari pemeliharaan bisa mencapai Rp 30.000. Peternak itik peking umumnya menjual daging ke restoran yang memang menyediakan menu masakan itik peking dengan harga sekitar Rp. 25.000 per kg bobot hidup.
    Untuk mengembangkan itik peking, seorang peternak di Cirebon, Jwa Barat, berhasil melakukan persilangan itik peking yang berwarna putih bersih dengan iti rambon (ras asli Cirebon) yang berbulu cokelat dan menghasilkan itik pedaging dengan pertumbuhan cepat. Anak hasil persilangan tersebut memiliki beberapa jenis bulu, yaitu putih, cokelat, dan putih dengan bulu cokelat di bagian atas.

    d. Itik pedaging lainnya

    Selain itik yang telah disebutkan, ada juga itik yang biasa dijadikan sebagai itik pedaging, yaitu itik jantan yang biasa dipakai sebagai pejantan atau itik betina yang sudah tidak produktif lagi.
    Walaupun saat ini telah banyak restoran penyaji menu itik berbahan dasar itik pedaging, tetapi mayoritas dari daging itik yang biasa dikonsumsi di rumah makan atau warung pinggir jalan umumnya berasal dari itik petelur apkir dan itik jantan yang dibesarkan. Hal ini karena karkas itik pedaging terlalu besar untuk ukuran satu porsi. Kelebihan itik jantan yaitu dagingnya tidak alot, harga bibit murah dan ketersediaan bibit juga banyak. Bobot badan itik jantan yang dijadikan pedaging berkisar 1,2-2,6 kg per ekor dengan pemeliharaan selama 10-12 minggu. Ketika menjadi karkas, bobotnya berkisar 0,6-1,1 kg per ekor. Ukuran karkas tersebut sangat cocok untuk ukuran 1 porsi itik yang biasa dikonsumsi. Untuk memenuhi permintaan bibit itik jantan pedaging, Balai Pembibitan Ternak Unggul Kambing Domba dan Itik Pelaihari telah menyediakan bibit jantan pedaging jenis hibrida.

    RINGKASAN
    Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal (Rasyaf, 1994).
    Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci (Sayuti, 1996), itik, burung puyuh, babi dan kambing dan lain-lain. Ternak bisa pula dikelompokkan menjadi ternak ruminansia dan non-ruminansia. Kelompok ruminansia adalah sapi, kerbau, sapi perah, domba, kambing, babi. Kelompok non-ruminansia antara lain: kelinci, ayam, itik, mentok, puyuh, ulat sutera, belut, katak hijau, dan ternak lebah madu (CSIS, 1985). Masing-masing hewan ternak tersebut dapat diambil manfaat dan hasilnya. Hewan-hewan ternak ini dapat dijadikan pilihan untuk diternakkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

    SUMBER : BAHAN AJAR MATA KULIAH WIRAUSAHA PETERNAKAN ( AGROBISNIS POLTESA 2016 ) 
    DOSEN HAMDI

    2 comments:

    1. Kesimpulannya memiliki definisi Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut

      Apabila mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan sebagai contoh, ternak burung untuk dilepaskan di alam apakah masih termasuk dalam Pengertian Peternakan

      Terimakasih, artikelnya sangat membantu dan bermanfaat kaya akan ilmu pengetahuan :)

      ReplyDelete

    Fashion

    Beauty

    Travel